Jakarta - Industri K-drama dilaporkan sedang menghadapi krisis gara-gara bayaran aktor yang semakin tinggi. Asosiasi Perusahaan Produksi Drama Korea mengadakan pertemuan di kantor mereka di Mapo-gu, Sangam-dong, Seoul pada  Januari lalu untuk membahas masalah itu.

Perwakilan dari perusahaan produksi drama dan platform penyiaran berkumpul untuk bertukar pikiran tentang solusi mengatasi kenaikan biaya produksi dan menyusutnya jadwal. Mereka juga fokus pada masalah-masalah besar yang timbul dari kenaikan bayaran aktor utama.

Seorang pejabat perusahaan penyiaran menyatakan, "Negosiasi dengan para aktor sering menimbulkan masalah, terutama mengenai biaya aktor utama. Ini bukan lagi tentang jutaan, aktor utama menuntut 1 miliar won (Rp11 miliar) per episode."

"Dengan berkurangnya jadwal dan perusahaan produksi terpaksa untuk memenuhi tuntutan para aktor utama dalam mendapatkan jadwal yang tepat, kami mendapati diri kami terjebak dalam siklus yang memicu kenaikan biaya produksi," imbuh pejabat itu.

Perwakilan perusahaan produksi lainnya menambahkan bahwa beberapa aktor bintang membatasi platform penyiaran dalam kontrak mereka. "Mereka juga mengubah naskah di lokasi, atau bahkan mengganti sutradara," imbuh perwakilan lain.

Industri K-drama dikatakan sedang mengalami transformasi seiring dengan berkurangnya pengaruh perusahaan penyiaran domestik, dengan peralihan ke platform OTT global seperti Netflix. Meskipun, terjadi lonjakan biaya aktor secara global, modal dalam negeri menghadapi tantangan untuk menanggung beban biaya produksi yang paling besar.

Seorang CEO perusahaan produksi mengeluh, "Bahkan untuk proyek terbaru, kami mengundang aktor dengan biaya casting berkisar antara 400-700 juta won per episode." Namun, mereka tetap kesulitan mengalokasikan dana untuk elemen lain seperti pengambilan gambar dan seni, sehingga mengorbankan kualitas produksi secara keseluruhan.

Untuk mengatasi masalah ini, sebenarnya ada saran dengan menentukan bayaran aktor berdasarkan faktor-faktor seperti durasi produksi, hari pengambilan gambar, dan jam, bukan berdasarkan per episode. Namun, para pemangku kepentingan masih sulit mengatur keadilan bayaran masing-masing aktor.

Asosiasi Perusahaan Produksi Drama Korea menekankan parahnya situasi ini, mengungkapkan bahwa hampir 20 proyek yang telah selesai, dengan perkiraan biaya sekitar 300 miliar won, terhenti karena kondisi yang memburuk di antara perusahaan penyiaran. Mereka menekankan perlunya resolusi untuk mencegah kerusakan signifikan pada industri ini dengan meminta bantuan pemerintah. Red dari berbagai sumber

 

Hak Cipta © 2024 Komisi Penyiaran Indonesia. Semua Hak Dilindungi.